Posted by: lembayungfajar | December 13, 2008

Manusia untuk Sebuah Cita-Cita

Manusia diciptakan oleh Allah Swt. dengan bentuk yang terbaik, dibekali dengan potensi yang sempurna. Allah Swt. memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati, serta menunjukan kepadanya dua jalan (kebaikan dan kejahatan). Allah SWT. telah memberikan kepada manusia kelebihan atas kebanyakan makhluk ciptaan-Nya. Mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, menawarkan suatu amanah, dan manusia merasa sanggup untuk memikulnya padahal sang gunung yang kokoh pun dibuatnya lebur oleh beban yang sangat berat itu. Allah Swt. telah menjadikan apa yang ada di langit dan bumi tunduk kepada manusia dan memuliakannya dengan kemuliaan yang sangat besar.

Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS. Al Jaatsiyah[45]: 12)

Dan setelah kehidupan yang pendek ini, manusia akan kekal selama-lamanya. Manusia akan dihidupkan kembali setelah matinya. Jika manusia mengetahui rahasia tugasnya dalam kehidupan ini, maka ia akan menjadi manusia yang beruntung.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat[51]: 56)

Sebuah contoh kehidupan telah dengan nyata digambarkan oleh Rasulullah Saw. kepada manusia, supaya manusia dapat mencontohnya, menjadikannya tauladan dalam kehidupan ini. Sejak kehidupan manusia menapaki bumi, ia sudah mengemban sebuah cita-cita besar, menjadi pemimpin di bumi.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Baqarah[2]: 30)

Sebuah cita-cita yang besar, membutuhkan manusia-manusia yang sama besarnya dengan cita-cita itu. Maka ketika islam diturunkan sebagai sebuah sistem kehidupan yang integral, ia telah melahirkan sebuah fenomena kehidupan yang indah pada dua hal; kebenaran risalahnya dan kekuatan pesona rasulnya. Hal tersebut sangat disadari oleh Rasulullah Saw, Islam akan menjadi sebuah realitas dalam kehidupan dan menjadi sejarah abadi jika ia mempunyai pendukung-pendukung yang kuat sepanjang masa. Maka sejarah pun mencatat sebuah peradaban besar muncul dengan segudang manusia-manusia besar.

Sayangnya sekarang hal itu telah menjadi masa lalu, agama agung itu kini tidak lagi dibawa manusia-manusia agung.  Dikala umat sedang dihadapkan pada pelbagai macam tantangan, risalah besar ini sudah tidak lagi dibawa oleh manusia-manusia besar. Oleh karenanya perbaikan terhadap manusia harus senantiasa dilakukan.

Yang pertama adalah memperbaharui afiliasi terhadap islam. Diasaat keislaman manusia lebih banyak dibentuk oleh lingkungan sosial, maka manusia harus memperdalam pemahaman dan kesadaran tentang islam. Manusia harus tahu dengan baik mengapa memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup. Hal tersebut dapat dicapai dengan memahami ajaran islam sebagai sistem dan tatanan kehidupan, sehingga kita memahami peristiwa dan masalah dalam perspektif Islam. Kemudian menjadikan Islam sebagai akhlak dan perilaku secara holistik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Dengan ini semua diharapkan terbentuk manusia-manusia yang shalih secara pribadi.

Kedua, setelah manusia terbentuk dalam lingkaran khusuk iman dan amal saleh, kemudian melibatkan diri dalam lingkungan sosial sebagai peserta yang sadar dan proaktif. Berarti manusia mendistribusikan keshalihan pribadi pada orang lain agar tercapai keshalihan secara sosial. Dalam kehidupan sosial inilah manusia dituntut untuk menguasai peta dan medan lingkungannya. Agar manusia tahu cara memasuki dan mengubah masyarakat ke arah Islam, disinilah peran manusia sebagai Da’i.

Ketiga, manusia Muslim melebur kedalam masyarakat berbuat secara optimal dalam memberikan kontribusi terhadap islam. Salah satu sumber kekayaan masyarakat Islam adalah keunikan-keunikan individual dari setiap manusia muslim. Apabila potensi-potensi itu telah tertuang secara penuh membentuk sebuah muara islam yang sinergis, sebuah gelombang peradaban yang dahsyat akan segera menggemuruh membelah sejarah.


Leave a comment

Categories